Jika sampai usia batita (1-3 tahun), si kecil masih mengonsumsi makanan cair atau yang diblender, hati-hati sederet dampak buruk sudah menunggu! Ada kan anak yang maunya makan makanan cair. Maunya hanya nasi tim atau kalau bahan makanannya tidak diblender, dia tidak mau makan. Nah, perilaku itu ternyata berdampak buruk pada anak. Ini penjelasan mengapa di usia batita, ia harus stop makan makanan cair :
DAMPAK NEGATIF SECARA PSIKOLOGIS
- Anak jadi sulit mencoba sesuatu yang baru (makanan padat merupakan hal baru yang anak alami setelah sebelumnya ia mengonsumsi makanan lunak),
- Kurang dapat menyesuaikan diri. Anak tak bisa makan kalau tidak ada makanan yang sesuai dengan kebiasaannya, yaitu makanan cair/lunak.
- Ada ketergantungan pada orangtua karena umumnya orangtua yang selama ini menyiapkan anak makanan seperti itu.
- Kebiasaan mengonsumsi makanan cair/blender di usia batita yang tidak ditangani dengan segera bisa saja terus berlanjut hingga usia anak lebih besar.
Dampaknya:
- Dari segi sosialisasi akan menemui kendala. Misal, jadi bahan tertawaan teman-temannya karena masih makan makanan bayi.
- Secara emosi tidak baik. Anak yang kerap diolok-olok tentu akan jadi pribadi yang sering marah atau mungkin menarik diri dari lingkungan pergaulannya. Secara tak langsung ini akan berdampak terhadap mental anak. Prestasi sekolahnya tidak maksimal, kurang konsentrasi, rendah diri, dan kurang percaya diri.
DAMPAK NEGATIF BAGI KESEHATAN
- Gigi tidak terlatih mengunyah makanan, akibatnya kemunculan gigi tetap bisa terhambat. Semakin tidak digunakan, kemungkinan karies gigi (berlubang) juga semakin besar karena pada proses pengunyahan sebetulnya terjadi proses pembersihan gigi oleh lidah yang tidak akan terjadi jika anak tidak mengunyah.
- Bentuk dan kekuatan rahang tak berkembang baik. Dengan mengunyah makanan, rahang ikut bergerak sehingga merangsang pertumbuhannya secara optimal. Sebaliknya, tanpa kebiasaan mengunyah, rahang tidak berkembang optimal. Hal ini dapat membawa masalah pada pertumbuhan gigi tetapnya, seperti tumbuh berjejal atau terjadi impaksi (tak bisa keluar/erupsi).
- Komposisi makanan yang diperoleh anak terbatas. Jumlah komposisi makanan lembek lebih sedikit dibanding makanan padat. Jika diblender, kandungan seratnya pun jadi lebih sedikit.
- Usus jadi malas bekerja atau tidak terlatih dengan baik. Karena makanan yang diterima selalu dalam bentuk cair/lunak, maka pergerakan ususnya tidak optimal. Akibatnya, terjadi masalah dalam hal penyerapan zat-zat makanan maupun dalam hal buang air besar, yaitu sulit BAB.