Kekhawatiran orangtua mengenai kondisi di luar rumah menyebabkan mereka tak membebaskan anak untuk bermain. Banyak hal yang menyebabkan orangtua khawatir bila anak banyak bermain. Misalnya takut anak kelelahan, takut anak terjatuh saat berlari-larian di luar, atau takut terserang kuman saat bermain tanah. Akibatnya, waktu anak untuk bermain jadi berkurang.
Namun, kekhawatiran berlebih orangtua mengenai aktivitas bermain anak justru dapat memengaruhi perkembangan anak di masa depan.
"Biasanya anak-anak yang kerap dilarang bermain oleh orangtuanya agak cenderung kaku dan tidak fleksibel, kemudian emosinya juga negatif karena mereka merasa selalu ditekan dengan banyaknya aturan ada. Anak jadi menarik diri, ada yang memberontak, dan macam-macam," terang psikolog Dra Mayke S. Tedjasaputra, MSi.
Anak juga bisa jadi sulit bergaul dan tidak terampil untuk melakukan banyak hal, karena anak merasa takut. Inisiatif dan kreativitas anak juga kurang berkembang, sehingga anak bisa merasa kurang percaya diri.
Bila hal ini terus berlangsung, kelak anak jadi tidak berani mengungkapkan pendapat, tidak bebas memilih, dan menentukan apa yang akan dilakukan. Anak tidak mampu memprioritaskan yang lebih penting dan tidak penting. Padahal, inilah yang sangat penting saat anak jadi dewasa.
Dalam bukunya, Children at Play: An American History, Howard Chudacoff mengungkapkan telah terjadi penurunan waktu bermain bagi anak dari waktu ke waktu. Dalam penelitiannya, Chudacoff mendapati bahwa penurunan waktu bermain juga diikuti oleh penurunan empati dan peningkatan narsisisme pada kalangan mahasiswa.
Empati berkaitan dengan kemampuan dan kecenderungan untuk melihat dari sudut pandang dan pengalaman orang lain. Sedangkan narsisisme berkaitan dengan peningkatan penghargaan terhadap diri sendiri, ditambah lagi dengan kurangnya kepedulian dan ketidakmampuan untuk berhubungan secara emosional pada orang lain.
Menurunnya empati dan meningkatnya narsisisme itulah yang kemungkinan besar akan terjadi pada anak-anak yang tidak memiliki kesempatan untuk bermain bersama. Anak tidak dapat memelajari ketrampilan sosial dan nilai-nilai di sekolah, karena sekolah lebih banyak menumbuhkan kompetisi, bukan kerjasama atau nilai-nilai kebersamaan.
Kecenderungan orangtua untuk lebih banyak menyediakan permainan melalui gadget atau konsumsi internet juga tidak memberi pengaruh positif. Menurut Chudacoff, anak menjadi tidak bugar, kurang cekatan, dan bahkan cenderung kasar.
Itu sebabnya, Chudacoff menyarankan orangtua untuk berhenti mengkhawatirkan anak-anak yang banyak bermain, terutama di luar ruangan.