Mencukur rambut bayi saat genap berusia 40 hari umumnya tidak mengandung pertimbangan medis. Biasanya hal ini dilakukan untuk sekadar meneruskan tradisi. Meski begitu, pilihan waktu ini agaknya cukup beralasan. Saat bayi berumur 40 hari umumnya kondisi ibu sudah pulih seusai melewati proses persalinan yang sangat melelahkan secara fisik dan psikis. Bayi pun sudah cukup "kuat" dan siap bertemu banyak orang.
Namun, banyak orangtua yang merasa sayang mencukur rambut bayinya. Apalagi kalau rambut tersebut terlihat lebat dan hitam legam. Padahal tidak seharusnya orangtua khawatir. Toh, meski dicukur habis, rambut tersebut akan tumbuh lagi.
Sedangkan mengenai lebat atau tidaknya rambut saat tumbuh kembali jelas terkait erat dengan faktor genetik. Orangtua yang berambut lebat tentu saja lebih berpeluang memiliki bayi yang juga memiliki rambut lebat dibanding orangtua yang rambutnya tipis. Demikian halnya dengan rambut lurus, berombak, keriting, pirang, dan sebagainya.
Mitos yang mengatakan setelah dicukur rambut akan tumbuh lebih lebat pun tidak ada pembenarannya secara ilmiah. Banyak faktor yang memengaruhi lebat tidaknya rambut. Selain faktor genetik tadi, juga faktor gizi, lingkungan, hormonal dan sebagainya. Banyak kok, anak-anak yang sewaktu kecil rambutnya tipis, tapi karena rajin dirawat, setelah dewasa rambutnya terlihat begitu tebal dan berkilau
Meskipun begitu, tidak ada keharusan untuk menggunduli kepala bayi sampai licin plontos. Namun dari segi kesehatan, hal ini ternyata memberi banyak manfaat. Berikut beberapa di antaranya:
* Membersihkan lemak
Saat melewati jalan lahir, banyak lemak dan "kotoran" rahim ibu yang menempel di sekujur tubuh bayi, termasuk di rambutnya. Dengan mencukur rambut bayi, sisa-sisa lemak tersebut diharapkan akan ikut terangkat. Belum lagi kotoran yang kerap menempel setelah bayi lahir, seperti gumoh di bantal yang kemudian menempel di rambutnya. Dengan dikeramas saja mungkin tidak cukup hingga tumpukan lemak dan kotoran tersebut harus dibersihkan dengan cara mencukur rambutnya.
* Agar tak mudah teriritasi
Kepala plontos bayi akan memudahkan ibu untuk mengamati kalau-kalau ada sesuatu yang tak diharapkan, seperti iritasi, bisul, luka, dan sebagainya. Cukur rambut bahkan menjadi keharusan bila sudah terjadi infeksi, misalnya ada bisul di kepalanya. Untuk mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut dan mempermudah pengobatan, sebaiknya kepala anak dalam keadaan "bersih" dari rambut alias plontos.
* Bersifat "mendinginkan"
Bayi-bayi yang kebetulan tinggal di daerah panas atau suhu udara rata-ratanya tinggi pasti akan merasa lebih nyaman dengan kepala plontosnya. Hembusan angin yang langsung mengenai pori-porinya mampu mengurangi kegerahan.