Berdasarkan data American Academy of Pediatrics, tercatat sebanyak 3,5 juta anak dalam setahun yang mengalami cedera akibat berolahraga atau bermain tanpa alat proteksi.
Bermain di luar rumah memang memiliki banyak manfaat, tapi jangan pula biarkan anak berolah raga tanpa persiapan matang.
Agar anak tak cedera saat olahraga, ingat-ingat tujuh hal yang harus diperhatikan ini:
1. Sesuai takaran usia
Penelitian Loyola University's Health System mengungkap, 75 persen anak yang mulai dilatih olahraga dengan berat sejak usia dini, justru berisiko dua kali lebih besar mengalami cedera, termasuk cedera serius seperti patah tulang belakang.
Mengapa demikian? "Gerakan latihan yang diulang-ulang pada olahraga yang mengacu pada kompetisi, menyebabkan stres pada tubuh anak yang masih tumbuh dan berkembang," terang Neeru Jayanthi, MD, penulis senior dan direktur medis untuk pengobatan kasus cedera olahraga di Loyola.
Neeru menambahkan, risiko cedera cenderung lebih tinggi terjadi pada anak-anak usia dini. Maka, Neeru menyarankan agar orangtua memperkenalkan olahraga pada si kecil sebagai permainan terlebih dahulu.
Sesuaikan beban olahraga dengan usia dan tunda latihan olahraga spesifik hingga anak memasuki fase pra-remaja atau di atas sembilan tahun.
2. Pentingnya jumlah waktu tidur
Anda pasti sudah tahu, anak yang kurang tidur di malam hari akan memperlihatkan performa buruk di dalam kelas.
Berdasarkan penelitian baru dalam Journal of Pediatrics, usia anak jelang remaja yang mendapatkan waktu tidur 8 jam atau lebih di malam hari, 68 persennya akan berisiko jauh lebih kecil untuk cedera ketimbang yang kekurangan waktu tidur.
"Kurang tidur dapat menyebabkan efek berkurangnya fungsi motorik, mood, dan fungsi kognitif. Padahal, itu semua diperlukan saat anak rajin berolahraga,” ujar peneliti Matthew D. Milewski, MD.
Ia menambahkan, coba amati anak yang tidur nyenyak selama 8 jam atau lebih, pasti prestasi olahraganya lebih baik.
3. Selalu ikuti aturan
Banyak sekali kasus kecelakaan atau cedera serius muncul ketika anak-anak terlibat di dua tim berbeda dalam pertandingan olahraga. Cedera yang umum terjadi adalah retak pada tulang siku, patah pada tulang rusuk, atau cedera serius di bagian tubuh lain.
Para peneliti dari Nationwide Children's Hospital's Center for Injury Research and Policy belum lama ini menganalisis data yang menunjukkan bahwa 6 persen kecelakaan terjadi pada 9 jenis olahraga tertentu.
Jumlah kasus kecelakaan dalam olahraga semakin bertambah pada pertandingan basket antaranak perempuan, pertandingan sepakbola antaranak perempuan, dan pertandingan sepakbola antaranak laki-laki.
Maka kendati si kecil sudah ditangani oleh pelatih di lapangan, Anda tetap berhak memberi tahu anak tentang risiko cedera dan apa bahayanya. Dengan demikian anak bisa bermain lebih bijaksana saat berada di lapangan.
4. Jangan batasi jenis olahraga
Masalah lain yang kerap terjadi jika si kecil sudah diarahkan untuk menekuni satu olahraga tertentu saja, maka ia akan kehilangan waktu untuk bersenang-senang dengan teman-temannya.
Peneliti dari Loyola Health University System menemukan fakta, atlet berusia belia yang hanya fokus pada satu jenis latihan olahraga, akan lebih sering cedera ketimbang anak yang bebas memilih jenis olahraga.
Dr. Neeru Jayanthi mengingatkan, sejumlah atlet yang sukses di universitas biasanya justru tak pernah dibatasi oleh jenis olahraga tertentu ketika masih anak-anak.
5. Cukupi asupan vitamin D
“Kandungan penting untuk mengurangi risiko cedera adalah vitamin D. Anak-anak perempuan yang mendapat asupan vitamin D lebih banyak, ia lebih kecil berisiko cedera,” kata salah satu peneliti, Kendrin Sonneville, ScD, RD.
Sejumlah ahli merekomendasikan 800 – 1000 IU vitamin D per hari, terutama bagi anak-anak perempuan yang memang hobi olahraga.
Ada beberapa sumber alami yang dapat dikonsumsi si kecil untuk mendapatkan vitamin D, yaitu suplemen, ikan salmon, sereal, keju, atau produk turunan susu lainnya.
Foto: Thecouponinc